Ngonten Bukan Balapan Cuan

Tapi Kenapa Kita Sering Merasa Ketinggalan?

Pernah nggak sih merasa tertekan karena harus menghasilkan dari konten? Seolah kalau belum bisa cuan, berarti ngonten kita sia-sia?

Saya ingin berbagi sedikit cerita tentang perjalanan saya mengajar di kelas ngonten Instagram. Awalnya, kelas ini saya buat untuk teman-teman yang baru mulai belajar ngonten—terutama mereka yang masih bingung mau membahas apa di media sosial. Masih erat kaitannya dengan self-actualization, tentunya.

Suatu hari, saat followers saya masih di angka belasan ribu, seorang business owner menghubungi saya dan ingin ikut kelas saya. Saya kaget! Kalau melihat latar belakangnya, beliau sudah cukup lama ngonten dan followers-nya bahkan lebih banyak dari saya. Ia sudah ikut kelas personal branding, suka membaca buku, dan mengasah ilmu editing. Kontennya pun keren secara visual. Tapi ternyata, ia merasa masih kurang dalam membangun value dan storytelling di kontennya.

Di hari lain, saya bertemu dengan seorang ibu rumah tangga yang ingin menjadikan Instagram sebagai peluang untuk mengubah nasib. Tekadnya kuat, dan ia sudah memiliki basic ngonten yang cukup bagus. Saya hanya membantu memvalidasi keputusannya dan memberikan beberapa saran terkait strategi pemasaran. Hari ini, followers-nya sudah melambung tinggi, begitu pula penghasilannya.

Lalu ada seorang ibu lainnya yang saya kenal cukup lama di dunia perkontenan. Ia bahkan sampai membuat ulang akun Instagramnya karena akun lamanya dulu sempat dibelikan followers oleh agensinya (jangan diulang lagi ya, Buk! 😆). Dulu, kontennya sering viral di TikTok, terutama seputar memasak. Tapi ternyata, memasak bukanlah passion-nya. Sekarang, ia lebih memilih berbagi tentang keluarga, hidup di rantauan, dan parenting—topik yang lebih authentic baginya. Saat ngobrol dengannya, hampir tidak ada pembahasan tentang monetisasi. Karena sejak dulu, ia memang suka fotografi dan mendokumentasikan memories. Bisa dibilang, sekarang konten-kontennya adalah cerminan dirinya yang sesungguhnya.

The best way to build a brand and make money online is to create valuable content consistently, without expecting immediate returns.

Ali Abdaal (YouTuber & Creator Economy Expert)

Jadi, apakah ngonten harus selalu dimonetisasi?

✅ Ada yang ngonten untuk dokumentasi perjalanan hidup.


✅ Ada yang berbagi pengalaman agar bisa terhubung dengan orang lain.


✅ Ada yang sekadar menikmati proses kreatif tanpa tekanan angka.

Ketika konten kita memiliki value, pasti akan menarik peluang dan rezeki dari berbagai arah. Monetisasi adalah bonus dari konsistensi, bukan satu-satunya tujuan.

"Jadi, apakah kamu benar-benar ingin monetisasi atau hanya ikut-ikutan karena merasa ‘harus’?"

Mindset Eksperimental: Kunci Kreator yang Konsisten

Seberapa eksperimentalkah kamu dalam ngonten?

Beberapa hari lalu, saya membaca newsletter dari Anne-Laure, salah satu role model saya. Saya sangat setuju dengan konsep experimental mindset yang ia bagikan. Kalau dalam versi saya, perjalanan kreator bisa dibagi ke dalam empat fase:

1️⃣ Fase Pact – Saya mengalami fase ini saat masih mencari tahu niche yang cocok untuk saya. Saya bertanya-tanya, apakah potensi saya bisa diterima audiens? Dari sekadar berbagi keseharian, saya mulai membagikan perjalanan saya dalam belajar self-actualization.

2️⃣ Fase Act – Setelah merasa tervalidasi, saya mulai konsisten posting. Tapi ternyata, memposting satu konten sehari itu tidak mudah! Apalagi sebagai new mom, tantangannya double—belajar ngonten sekaligus belajar jadi ibu. Butuh banyak penyesuaian agar tetap mindful dan produktif.

3️⃣ Fase React – Di fase ini, saya mulai merasakan dampak dari konsistensi. Saya bisa berjejaring dengan banyak orang baru yang saya kenal lewat konten, hingga akhirnya bisa collab dengan berbagai cara. Kira-kira, siapa lagi ya yang bakal collab sama saya?

4️⃣ Fase Impact – Apakah saya sudah di fase ini? Jujur, mengetahui bahwa sebagian besar peserta kelas saya ingin mencari flow ngonten dan bertumbuh secara personal sudah membuat saya sangat bahagia! Dari banyaknya testimoni, saya merasa bahwa konten dan sistem yang saya buat benar-benar membantu mereka. Tapi menurut kamu, apakah saya sudah cukup memberikan dampak?

People don’t buy what you do, they buy why you do it.

Simon Sinek (Author of Start With Why)

Kenapa kita perlu terus bereksperimen dan memperkuat mindset kita sebagai kreator?

Menurut saya, agar kita tetap jejeg (ajeg) pada prinsip kita. Sehingga apa pun yang kita lakukan untuk jangka panjang tetap konsisten dan bermanfaat.

Saya paham betul bahwa perjalanan ini tidak mudah. Bahkan sampai hari ini, saya masih terus bereksperimen. Karena di dunia konten, angka followers bukanlah segalanya. Algoritma selalu berubah. Hari ini, postinganmu bisa tersebar ke jutaan audiens, tapi siapa yang bisa menjamin hal yang sama akan terjadi besok?

Mindset yang kuat akan menjaga pikiran dan hati kita tetap selaras. Sehingga kita tetap waras dalam menciptakan karya-karya baru. Atau kalau pakai istilah gaul-nya sekarang, "ada aja gebrakan-nya"!

Hal inilah yang juga memperkuat saya dalam mengembangkan Feminine Content System. Sampai saat ini, sudah puluhan orang yang mencoba dan menggunakannya. Saya berharap sistem ini benar-benar membantu mereka dalam menjalani perjalanan ngontennya.

Nah, sekarang saya ingin bertanya:Apakah kamu ngonten untuk passion, self-expression, sharing, atau memang ingin menjadikannya sumber penghasilan?

Kalau kamu masih mencari jawaban, mungkin sudah saatnya bereksperimen lebih jauh! 🚀✨

Teruntuk teman-teman yang membaca tulisan ini. Silakan komen atau DM untuk feedback berupa kritik atau saran tulisan selanjutnya. Termasuk juga jika ada pertanyaan yang sekiranya bisa saya ulas lebih dalam juga silakan feel free untuk menghubungi saya.

Bisa klik tombol ini untuk mendapatkan akses Ebook Storytelling ibunyaboemi.

Klik tombol ini untuk support tulisan-tulisan Ibun ya.

Join Mini Class Ibun sekarang.
Limited seat.

Dapatkan akses ke Feminime Content System buatan Ibun. Mini Modul + Template Notion

Reply

or to participate.