Followers Kecil Bukan Berarti Tidak Berdampak

Ketika semangat di awal menjadi cerminan authenticity kita.

Dear creators—feminine creators,

Beberapa hari yang lalu, ada beberapa pertanyaan yang masuk, di antaranya:

"Ibun, bagaimana caranya bisa dapat followers yang banyak sepertimu?""Kenapa di Mini Class Ibun tidak diajarkan membuat konten dengan bantuan AI?"

Followers-ku di awal adalah 4.000-an orang. Kok banyak? Iya, akun Instagram @ibunyaboemi adalah akun onlineshop saya sejak SMA, sekitar tahun 2011/2012. Perjalanannya cukup panjang hingga mencapai 7.000 followers, tetapi kemudian menyusut karena onlineshop-nya mangkrak saat saya menjalani masa perkuliahan. Karena merasa "sayang" jika tidak dimanfaatkan, akhirnya saya hidupkan kembali sebagai akun sharing tentang marketing.

Feedback audiensnya bagaimana?Sepiii dong! Karena faktor nama akun yang berubah, pembahasan dan topiknya tiba-tiba bukan jualan lagi. Sampai akhirnya, awal tahun lalu, pasca melahirkan, aku aktifkan kembali sebagai akun daily life—yes, akun @ibunyaboemi yang sekarang.

Followers 4.000-an, tapi views hanya puluhan dan yang like cuma 2 orang (adikku dan suamiku!). Setelah kupikir-pikir, aku bisa konsisten karena memang belum terpapar banyak informasi tentang perkontenan. Hal yang saya percayai saat itu adalah ketika saya konsisten setidaknya selama 3 bulan, pasti akan membuahkan hasil. Paling tidak—ada yang terinspirasi dari konten-konten yang saya buat.

Belum ada istilah seperti:

  • "HOOK di 3 detik pertama itu sangat penting."

  • "Gunakan music trending agar menjangkau banyak audiens."

  • Dan tips-tips lainnya.

Lalu bagaimana ceritanya bisa menjadi 28rb followers?

Bulan Mei tahun lalu, ada satu konten yang ramai dan muncul di For You Page sebagian besar orang yang mengalami keresahan yang sama dengan saya. Sehingga banyak yang akhirnya follow dan komen. Diikuti dengan konten-konten serupa yang juga meningkat engagement-nya. Selama beberapa waktu, saya mendapatkan kesempatan memanfaatkan winning content secara berturut-turut. Syukurnya, bisa saya manfaatkan dengan baik sembari memantapkan diri dan mengasah skill untuk membantu teman-teman audiens.

Saya percaya bahwa kesempatan FYP, selain teknik ngonten yang tepat, juga adalah faktor "kesempatan" atau "luck". FYP pun ada gilirannya. Percaya bahwa kamu hanya perlu BERSIAP untuk itu.

Ilustrasi oleh Ibunya Boemi

Bebannya hanya saat memikirkan "ngonten tentang apa ya besok?" Untuk editing, aku memang sengaja memilih yang paling mudah—tidak terlalu ramai dan memakai font yang selalu sama. Sesimpel itu, sebab pekerjaan rumah, apalagi sambil mengurus Boemi yang masih newborn, rasanya sudah menghabiskan sebagian besar dari 24 jam itu.

Lalu, bagaimana caraku membuat caption-caption panjang itu?Saya hanya memanfaatkan AHA moment sebelum tidur. Ketika otak butuh refleksi, seperti sebuah jurnal harian dengan tema "reflection"—apa yang saya tulis adalah apa yang saya alami. Bahkan saya belum familiar dengan adanya ChatGPT. Kalau diingat-ingat lagi, sungguh terharu dengan kebiasaan itu. Ternyata, kita bisa membuat karya dengan memanfaatkan AHA moment.

Seperti kata Austin Kleon dalam bukunya Steal Like an Artist:

"Share what you love, and the people who love the same things will find you."(Bagikan apa yang kamu cintai, dan orang-orang yang mencintai hal yang sama akan menemukanmu.)

Saya tidak anti-AI. Tapi menurut saya, perlu waktu yang tepat untuk menggunakan kemampuannya dalam membantu kita membuat konten. Tidak langsung meminta tolong untuk dibuatkan konsep dan caption begitu saja. Ada step-by-step-nya. Bukan hanya dengan memberikan instruksi atau perintah begitu saja, tapi juga bisa "berteman" dengannya. Sebab itulah, Mini Class tentang ngonten yang saya adakan tidak langsung menyarankan menggunakan ChatGPT.

Ilustrasi oleh Ibunya Boemi

Salah satu pendapat dari peserta Mini Class-ku, core value dari kelas ini adalah "be authentic", bukan hanya bicara tentang teknik ATM konten, tapi lebih kepada mengenal diri sendiri. Sejalan dengan tulisan-tulisanku di newsletter ini, semua tentang self-actualization.

Ilustrasi by Ibunya Boemi

Seperti yang dikatakan oleh James Clear dalam bukunya Atomic Habits:

"You do not rise to the level of your goals. You fall to the level of your systems."(Kamu tidak naik ke level tujuanmu, tapi jatuh ke level sistem yang kamu jalankan.)

Jadi, fokuslah pada sistem yang membuatmu terus berkembang, bukan hanya pada angka. Followers kecil pun bisa berdampak besar jika kita membangun komunitas dengan value yang kuat. 😊

Teruntuk teman-teman yang membaca tulisan ini. Silakan komen atau DM untuk feedback berupa kritik atau saran tulisan selanjutnya. Termasuk juga jika ada pertanyaan yang sekiranya bisa saya ulas lebih dalam juga silakan feel free untuk menghubungi saya.

Bisa klik tombol ini untuk mendapatkan akses Ebook Storytelling ibunyaboemi.

Klik tombol ini untuk support tulisan-tulisan Ibun ya.

Join Mini Class Ibun sekarang.
Limited seat.

Dapatkan akses ke Feminime Content System buatan Ibun. Mini Modul + Template Notion

Reply

or to participate.