Engagement Turun, Harus Ngapain?

Engagement Drop? Jangan Panik, Lakukan Ini!

Hampir satu tahun ngonten di Instagram sebagai Ibunya Boemi, jadi bun bestie-nya ibu-ibu atau kamu yang baru belajar ngonten di Instagram. Baru ngonten kok udah "ngajarin ngonten"?

Pertanyaan menarik untuk diri sendiri, sering kuceritakan. Awalnya saya ngonten hanya untuk mengisi waktu luang saja. Konten ringan tentang a day in my life atau keseharian saya di rumah bersama anak dan suami. Happy? Happy banget tentunya. Sampai akhirnya saya memutuskan resign, bukan karena terlalu betah di rumah atau malas, tapi karena memang kondisi tidak memungkinkan untuk menitipkan di daycare atau mencari babysitter. Di tengah-tengah kekalutan itu juga saya diminta untuk bantu marketing di sebuah startup, kerjanya juga bisa remote. Tentu saja saya tambah happy. Eh, malah keasikan buat konten di Instagram dan Youtube, walau belum berpikir ke "dapat duit". Saya masih berpikir tentang bagaimana beraktifitas dan tetap produktif saja, agar saya "tidak kosong".

Sampai akhirnya konten saya muncul di "For You" page banyak user dengan 2 juta views, komen tak terduga dan DM yang ramai. Apa saja isinya? Tentu saja pertanyaan-pertanyaan seperti, bagaimana caranya, apa saja yang harus dilakukan, mulai nya darimana dan lain sebagainya.

Inilah cikal bakal dari konten-konten #TipsNgonten101 saya di Instagram. Bukan karena "sok" mengajari dan lain sebagainya tapi lebih ke "menjawab" pertanyaan audiensku. Mereka akan scrolling, menemukan konten-kontenku dan DM atau meninggalkan komentar untuk bertanya. Saking banyaknya DM dan komentar ini tentu saja mendorong algoritma untuk lebih mengenal saya dan boost konten-konten saya.

Ilustrasi oleh ibunyaboemi

Namun ada fase dimana konten kita tidak seramai di awal karena memang banyak faktornya. Konten kita bisa jadi tidak menarik lagi ke audiens yang sama sehingga susah untuk di-boost ke audiens yang belum follow akun kita. Konten kita mungkin saja tidak bervalue atau terlalu menggurui juga tidak baik. Faktor luck juga penting, karena kita tidak mengenal "orang dalam" si aplikasi tentunya. Kita nggak bisa semata-mata menyalahkan si algoritma ya, karena siapapun pakarnya hanya bisa berasumsi dan berhipotesa saja terkait sistem app. Sebagai sesama user, kitalah yang dituntut kreatif dan lebih bijak lagi.

Lalu Apa Saja yang Bisa Dilakukan untuk Mengatasi Engagement yang Turun?

1. Bersosialisasilah Karena Ini "Media Sosial"

Kita sering kali lupa, bahwa ini adalah media sosial. Sebagai tempat untuk kita bertemu, mengobrol, mengenal lebih banyak orang. Masih ingat saat awal-awal munculnya Instagram? Asiknya berbagi foto dan saling berkenalan. Mungkin sekarang kita terlalu terpaku untuk "menghasilkan uang dalam sehari" hehe.

"Stop worrying about how many followers you have and start focusing on how many people you can actually help." 

Gary Vaynerchuk

"Engagement" adalah keterlibatan atau interaksi. Cara menambahnya bukan dengan memencet satu tombol lalu BOOMMM! Postingan kamu viral. Bukan ya. Pahami lagi apa itu engagement. Jika menggunakan Instagram maka indikatornya ada likes, komen, save, share, DM, stories.

Ilustrasi oleh ibunyaboemi

Jika kamu mengenal Law of Attraction maka kamu pasti akan kenal kalimat ini: Jika kamu ingin lebih dikenal orang lain, postinganmu ramai, maka berinteraksilah dengan orang lain, tinggalkan komentar yang bermanfaat, bukan hanya sekadar emoticon saja.

2. Evaluasi Kualitas Konten

Sering "malas dilakukan", pasti sudah banyak yang tahu jawabannya adalah evaluasi. Terkadang memang kitanya saja yang belum siap untuk "berubah". Merubah cara membuat konten, merubah tone warna, atau gaya pembahasan kita. Bisa jadi kita belum siap, jika ternyata yang lebih disukai audiens ternyata bukan hal yang "suka" kita lakukan. Hehe. Ini terjadi di beberapa case teman Instagram saya.

"You do not rise to the level of your goals. You fall to the level of your systems." 

James Clear

Case 01

Awalnya membahas tentang membuat kopi, review produk, dan keseharian. Ternyata yang diminati audiens adalah kontennya tentang kopi. Padahal itu hanyalah hobi, bukan hal yang dikuasai. Sehingga awalnya ia merasa ragu. Namun setelah konsultasi beberapa minggu kemudian, ia membeli peralatan khusus terkait kopi.

Case 02

Ini saya sendiri. Saya memang ada basic marketing (Pendidikan S1 Manajemen Konsentrasi Ritail Marketing) dan 5 tahun di dunia profesional. Jauh sebelum itu sudah terjun di online shop dari tahun 2009. Saya mengira hal-hal yang berhubungan dengan ketertarikan saya di dunia marketing tidak akan berguna untuk content creation. Itu sebabnya diawal saya hanya membuat konten tentang daily life. Terkadang apa yang kita pikir "remeh" itu sangatlah bermanfaat.

Saya masih menyimpan banyak case lainnya. Mungkin kamu yang sedang membaca adalah salah satunya. Banyak juga yang belum mendapatkan skill/hobi atau sebut saja "brand core"-nya yang bisa menjadi value untuk perjalanan ngontenmu.

Ilustrasi oleh ibunyaboemi

3. Be Yourself, Don't Change

Apa maksudnya untuk tetap jadi diri sendiri? Selain lakukan 2 hal di atas, lakukan juga beberapa hal penting ini ya:

✔ Jangan langsung berhenti ngonten
✔ Jangan spam posting tanpa strategi
✔ Jangan ubah niche hanya karena angka turun

"Share what you love, and the people who love the same things will find you." 

Austin Kleon

Kuncinya tetap Konsisten. Sebagai seniman, tetaplah perform berapapun penontonnya. Nikmati prosesnya karena menjadi creator bukan tentang kaya dalam semalam, tapi kamu sedang membangun sebuah karya seni yang akan dikenang setelah kita semua pergi dari sini.

Ilustrasi oleh ibunyaboemi

Teruntuk teman-teman yang membaca tulisan ini. Silakan komen atau DM untuk feedback berupa kritik atau saran tulisan selanjutnya. Termasuk juga jika ada pertanyaan yang sekiranya bisa saya ulas lebih dalam juga silakan feel free untuk menghubungi saya.

Reply

or to participate.